Teori belajar kognitif

1.1. Latar Belakang
Psikologi belajar sebagai disiplin ilmu yang merupakan cabang psikologi, yang kajiannya dikhususkan pada masalah belajar, maka psikologi belajar memiliki ruang lingkup di sekitar masalah belajar. Psikologi belajar memiliki ruang lingkup yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga pokok bahasan, yaitu masalah belajar, proses belajar, dan situasi belajar.
Belajar merupakan satu kata yang sudah tidak asing lagi didengar pada hampir semua lapisan masyarakat. Pada hal ini, para ahli psikologis dan pendidikan memiliki makna berbeda tentang belajar. Misalnya, James O. Whittaker dalam , merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar juga merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku menuju perubahan tingkah laku yang baik, dimana perubahan tersebut terjadi melalui latihan atau pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut harus relatif mantap yang merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang (Nidawati, 2013). Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Adapun pokok bahasan mengenai belajar yang dapat menunjang proses belajar anatara lain teori-teori belajar, prinsip-prinsip belajar, hakikat belajar, jenis-jenis belajar, aktivitas-aktivitas belajar, teknik belajar efektif, karakteristik perubahan hasil belajar, manifestasi perilaku belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
Teori Belajar dan Pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Berdasarkan penelitian Jerome S. Bruner dalam Nurhadi (2020), menjelaskan bahwa dari segi psikologis dan dari desain kurikulum pembalajaran sangatlah minim dibahas tentang teori pembelajaran. Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh teori konektionisme dari Thorndike. Dimana belajar menurut teori ini bersifat mekanistis, dalam hal ini, apabila stimulus dengan sendirinya atau secara mekanis timbul, maka anak didik hanya akan menghafal bahan pelajaran dengan sedikit pemahaman dan pemakaiannya. Sehingga pada teori belajar ini, anak didik bersifat pasif. Anak didik kurang terdorong untuk berpikir dan juga ia tidak ikut menentukan bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Anak didik lebih mengharapkan stimulus dari guru. Apabila guru tidak memberi stimulus, maka anak didik tidak kreatif dan aktif untuk belajar mandiri.
Dari permasalahan di atas, kita menyadari bahwa, sebuah teori pembelajaran sebaiknya juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang bagaimana caranya siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Akan hal itu, perlu adanya penjelasan dan pembahasan terkait dengan teori pembelajaran. Agar lebih spesifik dan terfokus, dalam makalah ini akan hanya akan menguraikan dan menjelaskan satu dari beberapa teori pembelajaran yang sudah ada, yaitu pada Teori Pembelajaran Kognitivistik.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah pengertian dari teori belajar kognitif?
2. Apa saja kelebihan dan kelemahan teori kognitif?
3. Bagaimana aplikasi teori balajar kognitif dalam kegiatan pembelajaran?
1.3. Tujuan
Bersumber pada rumusan masalah di atas, tujuan dalam penyusunan makalah ini, antara lain:
1. Mengetahui pengertian dari teori belajar kognitif.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif.
3. Mengetahui pengaplikasian teori belajar kognitif dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Belajar Kognitif
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Dalam menemukan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa (Nurhadi, 2020).
Teori kognitif meliputi kegiatan-kegiatan mental yang sadar seperti berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti: sikap, kepercayaan, dan pengharapan, yang kemudian itu merupakan faktor yang menentukan di dalam perilaku. Teori belajar kognitif adalah salah satu teori belajar yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan dalam mendidik dan mengajar. Teori ini berbeda dan menentang teori behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan makanistik antara stimulus dan respon. Aliran kognitif memandang belajar lebih dari sekedar melibatkan stimulus dan respon, tetapi juga melibatkan kegiatan mental di dalam individu yang sedang belajar.
Teori Belajar Kognitifistik juga disebut sebagai perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.


2.2 Kelebihan Dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif
Dalam penjelasannya, belajar dan pembelajaran memiliki beberapa teori yang dapat mendukung dan meningkatkan progress dari proses belajar dan pembelajaran tersebut. Sehingga setiap teori pembelajaran pastilah dibandingkan dengan teori pembelajaran yang lain untuk mencari kelebihan dan kekurangan guna sebagai tolak ukur dalam pelaksanaannya.
Berikut adalah kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif:
1. Kelebihan Teori Belajar kognitif
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri. Dalam hal ini dapat membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
b. Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.
c. Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memeberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan kelanjutannya deserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan. Dengan begitu teori ini tidak hanya menekankan pemahaman bagi pendidik, akan tetapi peserta didik juga berperan besar untuk mengerti dan memahami materi.
d. Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah diberikan.
e. Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan satu hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
2. Kekurangan Teori Belajar Kognitif
a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan, artinya sulit dipraktikkan khususnya pada tingkat lanjut. Beberapa prinsip seperti
intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
b. Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
c. Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.
d. Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan.
e. Teori tidak dianjurkan bagi sekolah kejuruan. Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.
f. Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.


2.3 Teori Kognitif Dalam Proses Belajar
Dalam proses belajar mengajar diperlukan cara yang tepat untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Berikut adalah aplikasi teori belajar kognitif menurut teori gestalt dalam proses pembelajaran:
1. Pengalaman tilikan (insight); Tilikan bisa disebut juga pemahaman mengamati. Dalam proses belajar, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu mengenal keterkaitan unsur-unsur suatu objek atau peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); dalam hal ini unsur-unsur yang bermakna akan sangat menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Hal ini akan sangat bermanfaat dan membantu peserta dalam menangani suatu masalah. Jadi, hal-hal yang dipelajari para peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); suatu perilaku akan terarah pada tujuan. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika para peserta didik mengerti tujuan yang ingin dicapainya. Jadi, hendaknya para guru membantu para peserta didik untuk memahami arah dan tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life space); perilaku individu memiliki hubungan dengan tempat dan lingkungan dia berada. Jadi, materi yang diajarkan harusnya berhubungan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan individu.
5. Transfer dalam belajar, yaitu proses pemindahan pola tingkah laku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian objek dari satu konfigurasi ke konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah pada situasi lain (Yossita Wisman, 2020).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari ulasan di atas dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang paling banyak digunakan di Indonesia. Teori ini merupakan kritik dari teori-teori yang telah ada sebelumnya seperti teori behavioristik, dimana teori kognitivisme kurang setuju bahwa belajar hanya proses antara stimulus dan respons yang tersusun secara mekanistik. Yang terpenting di dalam teori kognitif adalah pemahaman terhadap situasi yang ada di lingkungan sehingga individu mampu memcahkan permasalahan yang dihadapinya dan juga bagaimana individu berpikir (thinking).
2. Kelebihan dan Kelemahan Teori Kognitivisme. Kelebihannya yaitu : menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri, membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah. Kekurangannya yaitu : teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan, tidak dianjurkan pada sekolah kejuruan.
3. Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu diperlukan penilaian serta masukan dari dosen pengampu mata kuliah. Dengan demikian, diperoleh hasil yang sesuai dengan harapan, dan tentunya dapat bermanfaat sebagai tambahan bahan pembelajaran.






















DAFTAR PUSTAKA
Nidawati. 2013. BELAJAR DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN AGAMA. Jurnal Pionir, Volume 1, Nomor 1, Juli-Desember 2013
Nurhadi. 2020. TEORI KOGNITIVISME SERTA APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN. Jurnal Edukasi dan Sains. Volume 2, Nomor 1, Juni 2020; 77-95 https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi
Wisman, Yossita. 2020. Teori Belajar Kognitif Dan Implementasi Dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Kanderang Tingan. Vol.11 No.1 Januari-Juni 2020. Terdapat dalam https://doi.org/10.37304/jikt.v11i1.88

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai