Pembelajaran problem solving

A. Latar Belakang
Mengajar pada hakekatnya bermaksud mengantar siswa mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya sehingga dalam prakteknya perilaku mengajar ditunjukkan dengan beraneka ragam meskipun maksudnya sama yang sering diistilahkan sebagai gaya mengajar. Hal ini dapat dikatakan bahwa gaya mengajar guru dapat menjadi penentu pencapaian tujuan pembelajaran.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dilembaga pendidikan, yang didalamnya terjadi interaksi antar berbagai komponen pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran itu meliputi: guru, siswa, tujuan, model pembelajaran, metode pembelajaran, media dan evaluasi. Interaksi antar komponen di atas berlangsung sebagai berikut : guru menerapkan beberapa model pembelajaran yang memunginkan siswa belajar proses bukan hanya belajar produk. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pemilihan suatu model pembelajaran tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Pada hakikatnya tidak pernah terjadi satu materi pelajaran disajikan dengan menggunakan hanya satu model pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan banyak model akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih bermakna. Pembelajaran dengan menggunakan banyak model dilakukan agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai dengan baik karena tidak semua model pembelajaran cocok dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan, metode, dan model pembelajaran sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran problem solving.
Model pembelajaran problem solving merupakan strategi pembelajaran yang banyak dikembangkan saat ini, karena sesuai dengan kurikulum saat ini yang menginginkan bahwa siswa yang lebih aktif dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran problem solving juga dapat melatih kemampuan siswa dalam menganalisis setiap masalah yang diberikan kepada mereka.
Pembelajaran problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dalam usaha mencari pemecahan/jawaban oleh siswa. Penyelesaian masalah menurut Johnson dan Johnson dalam Thobrani dan Musthofa dilakukan melalui kelompok. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem solving adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dan dapat melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah serta mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan tersebut baik secara individu maupun kelompok.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran problem solving?
2. Apa saja ciri-ciri model pembelajaran problem solving?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran problem solving?
4. Bagaimanakah pengaruh MIPA sebagai pengembangan problem solving?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian model pembelajaran problem solving.
2. Untuk menjelaskan ciri-ciri model pembelajaran problem solving.
3. Untuk menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran problem solving
4. Untuk mengetahui pengaruh MIPA sebagai pengembangan problem solving



PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Problem Solving
Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini peserta didik belajar merumuskan pemecahan masalah, memberikan respon terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematika, yang menggunakan semua kaidah yang dikuasainya. Pemecahan masalah adalah suatu proses kompleks yang menuntut seseorang untuk mengkoordinasikan pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan intuisi dalam rangka memenuhi tuntutan dari suatu situasi.
Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara problem identifikasi untuk ketahap sintesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai tahap application selajutnya komprehension untuk mendapatkan solution dalam penyelesaian masalah tersebut.
Berdasarkan beberapa konsep tentang pemecahan masalah (problem solving) seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud model pembelajaran problem solving adalah suatu strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan dapat melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah serta dapat mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan yang ada tersebut.
Mengajar memecahkan masalah berbeda dengan penggunaan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu permasalahan. Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) adalah teknik mengajar melalui pemecahan masalah. Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada kedudukan pemecahan masalah itu sendiri. Mengajar memecahkan masalah berarti, pemecahan masalah itu sebagai isi atau content dari pelajaran, sedangkan pemecahan masalah sebagai suatu strategi berarti kedudukan pemecahan masalah itu hanya sebagai suatu alat saja untuk memahami materi pengajaran. Untuk menggunakan problem solving sebagai sebuah strategi pembelajaran, pendidik perlu melalukan kerja lebih banyak dibandingkan hanya memberikan beberapa permasalahan di papan tulis, kemudian membiarkan peserta didik berlatih dengan mengerjakan permasalahan tersebut. Pendidik perlu menjelaskan kepada peserta didik apa yang pendidik inginkan untuk dipelajari oleh peserta didik, mengapa pendidik menggunakan pemecahan masalah untuk mengajar, dan harapan pendidik tentang interaksi antara peserta didik dan peserta didik, serta interaksi antara peserta didik dan peserta didik lainnya. Melalui proses pembelajaran ini, fokus pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan pemahaman mereka mengenai konsep-konsep penting (bukan hanya prosedur pemecahan masalah). Pencapaian terbaik didapatkan dengan permasalahan yang nyata dan menggunakan waktu lama untuk memecahkannya serta mampu mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman secara mendalam dibandingkan permasalahan yang membutuhkan waktu yang singkat untuk dipecahkan.
B. Tujuan Utama Pembelajaran Problem Solving
Tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristic dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Ibrahim dan Nur mengemukakan tujuan problem solving secara rinc, yaitu:
1. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.
2. Belajar berbagi peran melalui keterlibatan dalam pengalaman nyata.
3. Menjadi para siswa yang otonom.
C. Manfaat Pembelajaran Problem Solving
Manfaat dari problem solving pada proses belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. Menurut Djahiri model problem solving memberikan beberapa manfaat antara lain:
1. Mengembangkan sikap ketrampilan siswa dalam memecahakan permasalahan, serta dalam mengambil keputusan secara objektif dan mandiri.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir pada siswa, anggapan yang menyatakan
Bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah
3. Melalui problem solving kemampuan berpikir tadi, diproses dalam situasi atau
keadaan yang benar-benar di hayati, dimintai siswa serta dalam berbagai macam ragam alternatif.
4. Membina pengembangan sikap perasaan ingin tahu lebih jauh dan cara berpikir Objektif -mandiri krisis-analisis baik secara individual maupun kelompok.
D. Ciri-ciri Pembelajaran Problem Solving
Ciri-ciri pembelajaran problem solving menurut Tjadimojo yaitu :
1. Model problem solving merupakan rangkaian pembelajaran artinya dalam
Implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus di lakukan
Siswa.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, model ini
Menempatkan sebagai dari proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara
ilmiah.
Menurut Mbulu, ciri-ciri permasalahan yang baik sesuai dengan tujuan dari pembelajaran model pembelajaran problem solving yaitu :
1. Permasalahan hendaknya nyata dan dapat mengembangkan atau mempertinggi
Mental siswa-siswa untuk memecahkanya
2. Permasalahan hendaknya bermakna bagi siswa-siswa sehingga mereka
Mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.
3. Permasalahan hendaknya sama dengan tujuan sekolah atau pendidikan dan sesuai
Pula dengan lingkungan belajar siswa.
4. Permasalahan hendaknya sesuai dengan kemampuan siswa-siswa yang
Memungkinkan mereka dapat melaksanakanya.
E. Tahap-tahap Problem Solving
Menurut J. Dewey dalam bukunya W. Gulo (2002:115), Problem solving dapat dilakukan melalui enam tahapan yaitu:
1. Merumuskan Masalah; Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas
2. Menelaah Masalah: Menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisa Masalah dari berbagai sudut.
3. Merumuskan Hipotesi: Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-sebab dan Alternatif penyelesaian.
4. Mengumpulkan dan Mengelompokkan Data Sebagai Bahan Pembuktian HipotesiKecakapan mencari dan menyusun data menyajikan data dalam bentuk diagram, gambadan tabel.
5. Pembuktian Hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
6. Menentukan Pilihan Penyelesaian Kecakapan mebuat alternatif penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan.
F. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Problem Solving
1. Kelebihan Pendekatan Pembelajaran Problem Solving
Setiap pendekatan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan Problem Solving merangsang perkembangan anak untuk berpikir seperti yang dikemukakan Muhsetyo (2007:127) yaitu:
1) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2) Berpikir dan bertindak kreatif
3) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
4) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan maslah yang dihadapi dengan tepat.
7) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan.
Kemudian pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, seperti yang dikemukakan Djamarah dan Zain (2006:93) mengemukakan bahwa Kelebihan Problem Solving yaitu:
1) Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
3) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.
Senada dengan pendapat di atas, Kelebihan Problem Solving merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, seperti yang dikemukakan Heryawan (2007:127) mengemukakan Kelebihan Problem Solving yaitu:
1) Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
3) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.
2. Kekurangan Pendekatan Pembelajaran Problem Solving
Kelemahan Problem Solving Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. Kurangnya pengetahuan dan keahlian guru seperti yang dikemukakan Mutadi (2010) yaitu:
1. Kurangnya pengetahuan dan keahlian guru dalam menerapkan Problem Solving.
2. Isi dari kurikulum sangat padat dan tidak memberikan celah untuk Problem Solving.
3. Sistem pengujian masih disentralkan dan tidak relevan dengan Problem Solving
Kemudian Djamaran dan Zain (2006:92) mengemukakan bahwa kelemahan Problem Solving yaitu:
1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
2. Proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak.
3. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
Kelemahan Problem Solving guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa seperti yang dikemukakan, Heryawan (2007:127) kelemahan Problem Solving yaitu:
1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
2. Proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak.
3. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
G. Pengaruh MIPA sebagai pengembangan problem solving
Pembelajaran MIPA membutuhkan problem solving dalam pelaksanaannya. Hal ini turut mengembangkan kemampuan peserta didik dan hasil belajar peserta didik. Karena MIPA merupakan cabang ilmu yang mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak, menekankan proses deduktif yang memerlukan penalaran logis dan aksiomatik yang mungkin diawali dari proses induktif, yang meliputi penyusunan konjektur, model MIPA, analogi dan atau generalisasi berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah data. Karakteristik lain dari MIPA adalah merupakan ilmu terstruktur dan sistematis. Dalam arti bagian-bagian MIPA tersusun secara hierarkis dan terjalin dalam hubungan fungsional yang erat dan sifat keteraturan yang indah, yang akan membantu menghasilkan model matematis yang diperlukan dalam pemecahan masalah di berbagai cabang ilmu pengetahuan dan masalah kehidupan sehari-hari.
Istilah problem solving sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu dan memiliki pengertian yang berbeda-beda pula. Tetapi problem solving dalam MIPA memiliki kekhasan tersendiri. Secara garis besar terdapat tiga macam interpretasi istilah problem solving dalam pembelajaran MIPA, yaitu (1) problem solving sebagai tujuan (as a goal), (2) problem solving sebagai proses (as a process), dan (3) problem solving sebagai keterampilan dasar (as a basic skill) (Sumardyono, 2010).
1. Problem solving sebagai tujuan (problem solving as a goal)
Para pendidik, MIPAwan, dan pihak yang menaruh perhatian pada pendidikan MIPA seringkali menetapkan problem solving sebagai salah satu tujuan pembelajaran MIPA. Bila problem solving ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan pengajaran maka ia tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi MIPA. Anggapan yang penting dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah (solve problems) merupakan “alasan utama” (primary reason) belajar MIPA.
Salah satu tujuan pembelajaran MIPA dalam KTSP yang tercantum dalam standar isi adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model MIPA, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran MIPA yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai penyelesaian.
2. Problem solving sebagai proses (problem solving as a process)
Pengertian lain tentang problem solving adalah sebagai sebuah proses yang dinamis. Dalam aspek ini, problem solving dapat diartikan sebagai proses mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi dan heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.
Masalah proses ini sangat penting dalam belajar MIPA dan yang demikian ini sering menjadi fokus dalam kurikulum MIPA. Sebenarnya, bagaimana seseorang melakukan proses problem solving dan bagaimana seseorang mengajarkannya tidak sepenuhnya dapat dimengerti. Tetapi usaha untuk membuat dan menguji beberapa teori tentang pemrosesan informasi atau proses problem solving telah banyak dilakukan. Dan semua ini memberikan beberapa prinsip dasar atau petunjuk dalam belajar problem solving dan aplikasi dalam pengajaran.
Beberapa prinsip dasar atau karakteristik pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Soving adalah sebagai berikut:
a) Adanya interaksi antar siswa dan interaksi guru dan siswa.
b) Adanya dialog matematis dan konsensus antar siswa.
c) Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa mengklarifikasi, menginterpretasi, dan mencoba mengkonstruksi penyelesaiannya.
d) Guru menerima jawaban ya-tidak bukan untuk mengevaluasi.
e) Guru membimbing, melatih dan menanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan berwawasan dan berbagi dalam proses pemecahan masalah.
f) Sebaiknya guru mengetahui kapan campur tangan dan kapan mundur membiarkan siswa menggunakan caranya sendiri.
g) Karakteristik lanjutan adalah bahwa pendekatan problem solving dapat menggiatkan siswa untuk melakukan generalisasi aturan dan konsep, sebuah proses sentral dalam MIPA.
3. Problem solving sebagai keterampilan dasar (problem solving as a basic skill).
Problem solving merupakan suatu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa. Apalagi kompetensi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan global semakin meningkat, salah satunya kemampuan memecahkan masalah.
Tujuan utama dari penggunaan Problem Solving adalah mengembangkan kemampuan siswa memecahkan masalah secara tepat. Adapun tujuan spesifik Problem Solving dalam MIPA adalah sebagai berikut :
a) Meningkatkan minat siswa untuk mencoba menyelesaikan masalah dan meningkatkan kemampuan mereka memecahkan msalah.
b) Mengembangkan kemampuan konsep diri siswa sesuai dengan kemampuan untuk memecahkan masalah
c) Membuat siswa tanggap dengan strategi-strategi Problem-solving.
d) Membuat siswa tanggap dengan nilai-nilai pendekatan masalah dalam cara yang sistematis.
e) Membuat siswa dapat menyelesaikan masalah dalam lebih dari satu cara.
f) Mengembangkan kemampuan siswa untuk memilih strategi penyelesaian yang sesuai..
g) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengimplementasikan strategi penyelesaian secara akurat.
h) Meningkatkan kemampuan siswa untuk memperoleh jawaban yang lebih tepat dari permsalahan.
Posamentier dan Stepelmen mengutip dari salah satu paper pada The National Council of Supervisors of Mathematics (NCSM) edisi Juni 1998, yang berjudul Essential Mathematics for the 21 st Century, yang intinya problem solving merupakan komponen pertama dari esensi MIPA, disimpulkan bahwa :
1) Pembelajaran untuk menyelesaikan masalah adalah alasan yang paling prinsip untuk mempelajari MIPA.
2) Problem solving merupakan penerapan dari pengetahuan yang sebelumnya untuk situasi (persoalan) yang tidak biasa atau persoalan yang baru.
3) Penyelesaian soal cerita dalam suatu wacana merupakan salah satu bentuk problem solvining, di samping siswa harus diberi pengalaman juga dalam penyelesaian soal non ceritera.
4) Strategi problem solving mencakup teknik pengajuan pertanyaan, analisis situasi, translasi hasil, ilustrasi hasil, menggambar diagram dan penggunaan trial and error.
5) Siswa harus mencari penyelesaian alternatif untuk suatu soal, mereka harus terbiasa dengan lebih dari satu penyelesaian.










PENUTUP
3. Kesimpulan
Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada bidang studi hendaknya dikemas koheren dengan hakikat ndividua bidang studi tersebut. Namun, secara filosofis tujuan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi siswa dalam penumbuhan dan pengembangan kesadaran belajar, sehingga mampu melakukan olah ndiv, rasa, dan raga dalam memecahkan masalah kehidupan di dunia nyata. Model-model pembelajaran yang dapat mengakomodasikan tujuan tersebut adalah yang berlandaskan pada paradigma konstruktivistik sebagai paradigma alternatif. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang mencerminkan atau dilandasi oleh paradigma konstrukstivisme.
Pembelajaran MIPA membutuhkan problem solving dalam pelaksanaannya. Hal ini turut mengembangkan kemampuan peserta didik dan hasil belajar peserta didik.Problem solving adalah upaya ndividua tau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka menyelesaikan suatu masalah. Problem solving menekankan bahwa permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar, dalam hal ini fokusnya adalah pengembangan ketrampilan pemecahan masalah dari kasus-kasus serupa. Ketrampilan tidak diajarkan oleh guru tetapi ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh siswa melalui aktivitas pemecahan masalah.
C. Saran
1. Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilam model problem solving sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
2. Agar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses berorientasi pembelajaran model problem solving dapat berjalan, sebaiknya guru membuat perencanaan mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsep-konsep yang akan dikembangkan, dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan yang akan digunakan serta keterampilan proses yang akan dikembangkan.
DAFTAR PUST

AKA
https://sweetbt21.blogspot.com/2018/01/makalah-model-pembelajaran-problem.html?m=1

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai